Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   

Followers

Pesan Mendikbud untuk Siswa Baru Se-Indonesia

JAKARTA - Siswa baru pasti semangat menghadapi hari-hari pertama sekolah. Apalagi,

jika itu adalah masanya menjadi siswa di jenjang yang lebih tinggi.

Mendikbud Anies Baswedan juga sudah menjamin, tidak akan ada perpeloncoan di sekolah.

"Karena itu, di hari pertama sekolah, para siswa baru sebaiknya mendatangi sekolah dengan kegembiraan. Jalin pertemanan dengan sesama siswa baru," pesan Anies kepada para siswa baru, usai konferensi pers Hari Pertama Sekolah di Kemdikbud, Jakarta, Senin (11/7/2016).

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu menambahkan, seiring meningkatnya jenjang pendidikan, maka tantangan yang akan dihadapi siswa juga akan semakin berat. Namun, Anies mengajak para siswa baru ini untuk selalu optimistis.

"Nanti pasti akan ada tantangan baru. Kalau dijalani dengan rasa senang maka akan mudah dilewati. Lihat sisi positif dari setiap tantangan. Katakan ke diri sendiri, 'Jutaan orang sudah melewati masa ini, maka saya pasti bisa!" tandasnya.

Seperti diketahui, tahun akademik 2016/2017 akan dimulai pada Senin, 18 Juli. Menghadapi hari-hari pertama sekolah, Pemerintah melalui Permendikbud Nomor 18 tahun 2016 mengenai Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) pun menghapus keberadaan masa orientasi siswa (MOS) yang lekat dengan nuansa pelonco. Langkah ini, kata Anies, dimaksudkan untuk mewujudkan dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara khususnya kepada para siswa seluruh Indonesia.

"Pelaksanaan PLS sendiri melibatkan guru tanpa ada kegiatan menghukum dengan dalih apa pun. Para siswa senior tidak diizinkan mengampu jalannya PLS," pungkasnya.

Sumber : http://news.okezone.com/

Zaman sekarang anak tidak cukup mendapat pendidikan di sekolah formal saja tapi juga di luar sekolah


Masih teringat di dalam benak Saya ketika salah seorang orang tua murid pernah mengatakan bahwa “zaman sekarang anak tidak cukup mendapat pendidikan di sekolah formal saja tapi juga di luar sekolah”. Kata-kata orang tua murid tersebut menimbulkan ide Saya untuk mengulas lebih jauh tentang pendidikan nonformal yang kini kian marak beredar di sekitar kita. 


Pada dasarnya ada tiga jenis pendidikan  beserta uraiannya yaitu :
1. pendidikan formal

Adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri ataspendidikan anak usia dini (TK/RA),pendidikan dasar (SD/MI),pendidikan menengah (SMP/MTs dan SMA/MA), danpendidikan tinggi (Universitas). Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.

2. pendidikan nonformal 

Adalah jalur pendidikan di luarpendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

3. pendidikan informal 

Adalah jalur pendidikan  berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. 

Kita sebagai masyarakat yang peduli akan dunia pendidikan wajib hukumnya tahu apa dan bagaimana peran ketiga jenis pendidikan ini. Dari ketiga jenis pendidikan ini, Saya hanya ingin mengulas sedikit tentang pendidikan nonformal yang turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas dunia pendidikan. Jenis dan Sasaran Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal adalah salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Adapun jenis pendidikan nonformal dapat berupa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. 

Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dengan bermunculannya pendidikan nonformal di sekitar kita maka diharapkan anak akan mendapatkan nilai dan ilmu lebih dari apa yang telah mereka dapatkan di sekolah dan lingkungan keluarganya. 

Sesungguhnya pendidikan nonformal adalah pendukung dari pendidikan formal yang anak-anak wajib hukumnya dapatkan di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Pendidikan Nonformal juga pendukung dari pendidikan informal yang anak-anak harus terima dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini menyangkut pendidikan agama, budi pekerti, etika, sopan santun, moral dan sosialisasi yang seharusnya diperkenalkan perdana sekali oleh kedua orang tua mereka. Terkadang tidak sedikit orang tua yang melupakan peran pentingnya dalam mengutamakan pendidikan informal melalui tangan mereka sendiri. Mereka lebih puas jika pendidikan informal itu menjadi tugas rangkap para pendidik di pendidikan nonformal. 

Lihat saja sekarang, anak usia dibawah 3 tahun saja sudah banyak yang dididik di PAUD padahal sudah menjadi peran penting orang tua lah pendidikan anak usia dini. Segala sesuatu harus berawal dari keluarga karena hal itulah yang akan menciptakan kepribadian anak nantinya. Intinya, pendidikan nonformal hanyalah pendukung dari segala jenis pendidikan. Peran Pendidikan Nonformal Kehadiran berbagai PAUD dan lembaga pendidikan nonformal yang kian beredar di sekitar kita menunjukkan betapa pedulinya oknum pendidik nonformal terhadap dunia pendidikan nonformal. Ini akan sangat membantu para orang tua yang menginginkan nilai lebih yang dihasilkan anak-anak mereka sebagai bentuk pendukung pendidikan formal yang anak terima di sekolah. Dalam hal ini peran penting pendidikan nonformal sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat bergerak sebagaimana mestinya. 

Masyarakat patut bersyukur dengan keberadaan pendidikan nonformal maka kebutuhan anak-anak dalam mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal mereka bisa terpenuhi. Sebut saja berbagai contoh yang ada di sekitar kita saat ini; dengan adanya Sanggar Kegiatan Belajar yang menawarkan pembelajaran seperti di sekolah formal tapi dengan keringanan jam belajar membantu anak-anak untuk tetap bersekolah di waktu mereka yang mungkin tidak sefleksibel anak-anak di sekolah formal. Pengadaan Program Paket A, B dan C oleh pendidikan nonformal membantu semangat anak-anak yang tidak lulus sekolah formal kembali berkobar karena peraturan pemerintah yang menyatakan ijazah mereka setara dengan anak-anak yang menimba ilmu di sekolah formal. Kemunculan banyaknya PAUD cukup meringankan beban orangtua yang mungkin sebagian besar waktunya terkuras akan dunia karir mereka. Di PAUD, anak-anak dipastikan mendapatkan dasar pendidikan formal sebagai bekal mereka sekolah nanti dan tambahan pendidikan informal sebagai pelengkap pendidikan informal yang mereka dapatkan di lingkungan keluarga. Banyaknya Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar yang kian marak di sekitar kita dapat menjadi penambah dan pelengkap ilmu yang anak-anak peroleh di sekolah formal. 

Sungguh besar peran dunia pendidikan nonformal. Bersikap selektif Menilik banyaknya PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang berlomba-lomba menawarkan keunggulan dari masing-masing lembaga, banyak orang tua berbondong-bondong mengantarkan anak-anaknya ke lembaga pelayanan pendidikan nonformal tersebut berharap buah hati mereka mendapatkan pendidikan tambahan yang tepat dan baik untuk melengkapi kebutuhan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu sudah selayaknya orang tua bersikap selektif dalam memilih PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang tepat untuk anak-anak mereka mengingat kian maraknya keberadaan layanan pendidikan nonformal yang hanya berasas manfaat. 

Jadi, meninjau betapa banyak kelebihan yang ditawarkan pendidikan nonformal dalam rangka melengkapi pendidikan formal dan informal sudah sepantasnya lah kita sebagai masyarakat yang peduli akan pendidikan generasi penerus bangsa memilih yang terbaik dan sesuai kualitas yang ditawarkan. Jangan lupa untuk menjadi saksi keberhasilan anak-anak akan proses belajar yang dilakukan selama anak-anak dalam masa pembelajaran di PAUD, Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar di sekitar kita. Buat anak, jangan coba-coba. Apalagi menyangkut pendidikan yang bersifat mendidik sepanjang hayat. Jadilah pendidik sejati yang berawal dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa. (Jal)

Bireuen Tuan Rumah Pameran Pendidikan Hardiknas Aceh

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tingkat Provinsi Aceh dipastikan akan berlangsung di Kabupaten Bireuen pada pekan depan.
“Acara ini akan kita langsungkan pada tanggal 27-30 Mei 2016,”kata kepala dinas pendidikan Aceh Drs. Hasanuddin Darjo MM melalui siaran pers kepada RRI Senin (16/5/2016).
Dijelaskan, Dinas Pendidikan Aceh akan melaksanakan dua kegiatan besar di Kabupaten Bireuen dalam rangka memperingati Hardiknas. Kegiatan besar yang dimaksud yaitu Pameran Pendidikan dan Seminar Pendidikan,”ujarnya.
Menurut Hasanuddin Darjo,  terpilihnya Kabupaten berjulukan Kota Juang ini sebagai tuan rumah peringatan Hardiknas untuk seluruh Aceh dikarenakan Bireuen mempunyai nilai Historis (sejarah-red) tersendiri dalam perjuangan memerdekakan Indonesia juga Bireuen dikenal sebagai kawasan transit.
“Banyak orang yang singgah di Bireuen, letaknya yang sangat srategis, makanya puncak acara Hardiknas ini kita pilih Bireuen,”tambah Kadis Pendidikan Aceh ini.
Sementara itu Bupati Bireuen H.Ruslan M Daud mengatakan, dirinya selaku kepala Pemerintah Daerah mendukung penuh serangkaian kegiatan memeriahkan Hardiknas, bahkan Bupati Ruslan siap menggerak seluruh jajaran untuk sama-sama bahu membahu demi suksesnya serangkaian kegiatan Hardiknas  Aceh, sehingga bisa berarti buat peningkatan pendidikan kita di seluruh Aceh.
“Kita dukung penuh semua kegiatan Pemerintah Aceh yang dilaksanakan di Kabupaten Bireuen, semoga bukan hanya dinas pendidikan saja yang melaksanakan acaranya di Bireuen, dinas lainnya pun kami siap memberikan tempat serta dukungan,”tambahnya.
Informasi dari Bireuen menyebutkan, untuk kelancaran pelaksanaan Hardiknas Sabtu (14/5/2016) Kadisdik Aceh Hasannuddin Darjo telah melakukan kunjungan kerja ke Bireuen.
Tiba di Meuligoe Bupati Bireuen Hasanuddin Darjo langsung di sambut disambut Sekretaris daerah (Sekda) Ir. Zulkifli, SP, dan selanjutnya membicarakan beberapa persiapan akhir menyangkut persiapan peringatan Hardiknas.
Usai bertemu pemerintah Kabupaten Bireuen, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Hasanuddin Darjo dengan mengendarai becak bermesin melakukan peninjauan lokasi yang akan di gelar pameran Hardiknas.(Sumber : www.rri.co.id - SA)

Akan Dialihfungsikan, SKB Bireuen dari UPT Jadi Satuan Pendidikan Non Formal

Koran Bireuen - Status Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bireuen akan dialihfungsikan. Tak
lagi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT), melainkan menjadi Satuan Pendidikan Non Formal. Alih fungsi itu memang harus dilaksanakan dalam dua tahun in,i sesuai Permendikbud No 4 tahun 2016 tentang alih fungsi SKB.
Hal itu dikatakan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen, Drs. M. Nasir, M.Pd, kepada KoranBireuen, Senin (23/5/2016) di ruang kerjanya. Dikatakannya, pengalihan status tersebut diatur dalam Permendikbud No 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar menjadi Satuan Pendidikan Non Formal oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada 18 Februari 2016.
Setiap Kepala Daerah Kabupaten/ Kota dapat mengalihfungsikan UPTD SKB menjadi Satuan Pendidikan Nonformal berdasarkan usulan Kepala Dinas Pendidikan.  hal itu berdasarkan pedoman alih fungsi Sanggar Kegiatan Belajar tersebut menjadi Satuan Pendidikan Nonformal.
“Kalau tidak kita lakukan dalam dua tahun, maka pemerintah daerah harus menutup SKB tersebut,” sebut M. Nasir.
Dijelaskannya, bila nantinya telah dialihfungsikan, maka bisa diplotkan anggaran Bantuan Operasional Pendidikan (BOP),  Otsus dan juga anggaran dari pusat lainnya. Kalau selama ini, hal tersebut tak bisa dilakukan. ”Nantinya, kepala SKB tersebut tak lagi pejabat struktural, melainkan pejabat fungsional, merupakan PNS guru pamong,” katanya.
Satuan PNF menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan program percontohan pendidikan nonformal, pelaksanaan program pengabdian masyarakat di bidang PNF, pelaksanaan dan pembinaan hubungan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat serta pelaksanaan administrasi pada Satuan PNF alih fungsi dari SKB.
Saat ini, katanya lagi, pihaknya sedang menyusun draf Perbup terkait alih fungsi SKB Bireuen.  “Kita akan tata kembali semua aset dan fasilitas yang ada di SKB, nantinya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pelatihan-pelatihan  non formal,” ungkapnya.
Terkait rencana pembangunan pusat pelatihan tenaga pendidik di komplek SKB Bireuen kawasan Cot Gapu, M Nasir menjelaskan, itu untuk menyahuti kekurangan ruangan yang representatif untuk tempat pelatihan atau berkumpulannya ratusan guru serta tenaga pendidik non formal.
Dengan adanya pusat pelatihan tersebut, katanya, maka segala kegiatan dan pelatih bisa dilaksanakan di tempat tersebut.
Gedung Pusat pelatihan tenaga pendidik dengan berkapasitas 300 orang. Pusat pelatihan bagi tersebut dibangun dengan menggunakan dana Otsus 2016 dengan anggaran lebih kurang Rp900 juta. (Sumber : www.koranbireuen.com - Ihkwati)

APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA

Nilai hidup kita diukur dari bisa tidaknya kita menjawab persoalan di atas. Jika kita sebagai seorang pendidik, mendidik masyarakat dimanapun, baik itu di persekolahan (regular) maupun di luar sekolah (non formal dan in formal ) pada hakekatnya mengusahakan latihan bagi peserta didik untuk mampu berpikir urut :

Dengan membaca sendiri, mendengar, melihat, tanpa gurupun peserta didik bisa terdidik dengan baik, asal yang bersangkutan bisa selalu berpikir urut tentang Apa, Mengapa dan Bagimana.


Caranya??

Mengetahui Apa dan Mengapa, bisa dilakukan di kamar atau diperpustakaan. Dengan melakukan kajian dan analisa, serta mencari dan berpikir tentang tema yang dipersoalkan.

Contohnya :
Apakah LSM itu?
Maka cukup di atas meja saja kita bisa mencari lewat internet, TBM, Perpustakaan bahan bacaan tentang apa organisasi kemasyarakatan tersebut.

Mengapa LSM?
Ternyata LSM menggali permasalahan-permasalahan di masyarakat seperti lingkungan hidup, pendidikan, keluarga, politik, ekonomi, dll.

Mengetahui Bagaimana, harus keluar kamar dan melakukan suatu action (tindakan), karena ada kaitannya dengan masyarakat (orang lain).

Bagimana?
LSM menggali permasalahan, mencari jalan keluar untuk memecahkan. LSM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi, dan memberikan kepada lembaga pemerintah (nasional) maupun internasional. Jadi Bagaimana LSM?. LSM harus mampu membantu masyarakat memecahkan berbagai persoalan, baik lewat pendidikan, keluarga, politik, ekonomi dll.

Yang terpenting jangan extrim
  • Hanya tahu apanya saja, adalah termasuk yang berpikiran dangkal, tipe ini adalah tipe wartawan, komentator.
  • Hanya tahu mengapanya saja, seseorang yang text book thinker, orang yang hanya berteori melulu, tipe ini adalah tipe seorang kritikus yang belum mengalami dan melaksanakan suatu persoalan.
  • Hanya tahu bagaimananya saja, tidak ilmiah, tanpa operasi prosedur, ini adalah tipe didikan tukang.


Untuk itu tugas kita sebagai seorang pendidik, harus mampu menciptakan rangkaian berpikir yang urut tentang : Apa, Mengapa dan Bagaimana.

 
Copyright © 2015 SKB Bireuen. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Ijalnewbie and Zarqive Studio-Design